Banjir Rendam Tiga Desa Di Gorontalo, 275 Kk Terdampak

Liputanperistiwa.com Gorontalo– Banjir merendam tiga Desa di kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo pada jumat ( 17/ 9/2021) siang.sebanyak 275 kepala keluarga(KK)Dengan total 929 warga terdampak banjir.

Tiga Desa yang terdampak banjir yakni, Desa Tolite di kecamatan Boliyohuto, Desa juria kecamatan Bilato dan Molohu di Tolangohula.

Plt, kepala pusat Data, informasi dan komunikasi kebencanaan ( BNPB) Abdul Muhari mengatakan, banjir di picu hujan lebat yang menyebabkan debit air sungai paguyaman , sala satu sungai terbesar di provinsi Gorontalo meluap sekitar pukul. 13.00 WITA.

” Banjir di picu oleh hujan lebat hingga debit air sungai paguyaman, sala satu sungai terbesar di provinsi ini,” kata Muhari dalam keterangan lewat telpn, jumat ( 17/ 9/ 2021).

Badan penanggulangan Daerah ( BPPD) kabupaten Gorontalo melaporkan tidak ada korban jiwa atau pun luka- luka akibat banjir .

” saat banjir terjadi, ketinggian muka air setinggi 30 hingga 80 cm merendam Rumah warga. Tidak ada kerusakan berat akibat banjir tersebut,” kata Muhari.

Sambung ,” Muhari Pemerintah kabupaten Gorontalo, saat ini telah menerjunkan Tim reaksi cepat (TRC) untuk penanganan darurat personil di siagakan untuk melakukan pemantauan maupun pendataan. TRC juga bersiaga jika ada warga yang harus di evakuasi ke tempat aman.

BMKG sebelumnya melaporkan wilayah Gorontalo mulai memasuki hujan pada september hingga November mendatang, Tiga kecamatan di wilayah tersebut berpeluang akan di landa hujan dengan intensitas ringan pada minggu ( 19/9/2021).

Sementara, analisis inaRISK menyebut sebanyak 17 kecamatan di Gorontalo berpotensi di rendam banjir dengan kategori sedang hingga tinggi.

Data BNPB selama periode 2015 – 2020 mencatat banjir telah sebanyak 20 kali merendam kabupaten Gorontalo, selama kurun waktu itu, banjir menelan korban jiwa sebanyak 4 oran 1 lainnya hilang, sedangkan Rumaj rusak 5 unit dan 30 fasilitas umum.

” menghadapi musim hujan, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi bahaya hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang,” tutup Muhari.